Senin, 23 Januari 2017

Etika ku Komunikasi

- Tidak semua orang memiliki suatu bentuk komunikasi yang sama, yang singkron, yang satu maksud, satu tujuan

- Tidak setiap apa yang kita bicarakan bisa dicerna dengan maksimal oleh orang lain, begitu juga sebaliknya

- Membiasakan berkomunikasi dengan baik dengan intensitas yang "cukup"

- "Cukup" merupakan hal yang berbeda jika hanya berperasa pada diri sendiri. Pahami bagaimana orang lain merasa akan "Cukup" tersebut, bagaimana "Cukup" bisa kita dapatkan begitu juga orang lain dapatkan

- Komunikasi penting, naif jika mendeskripsikan komunikasi sebagai hal yang dipikit belakang. Tetapi suatu komunikasi akan membuang inti dari komunikasi tersebut saat dalam intensitas yang "Sering" dan tidak saling "Cukup" satu sama lain

Kamis, 12 Januari 2017

Lihat Pola Dalam Angan Angan kita



Pernahkan beberapa saat kita berangan angan untuk mendapatkan sesuatu atau untuk menjadi sesuatu tertentu yang kita inginkan ?

Jika hal tersebut membawa kebaikan terutama diri kita sendiri, teruskanlah sebuah angan angan tersebut. Suatu angan angan adalah hal abstrak jika kita hanya melihat sekilas tanpa mendalami adanya sesuatu didalamnya. Akan terlihat kacau saat kita melihatnya dengan satu arah, tanpa berfikir seharusnya kita melihat dari sisi atau sudut pandang yang lain.

Suatu pola misterius sebenarnya tersimpan disitu. Rahasia dari pemilik segalanya mungkin akan terungkap saat kita mengetahui bagaimana pola dari angan angan tersebut. Perluas pandangan, perluas pemikiran dan kita akan menemukan suatu pola yang sebenarnya tersusun rapi dari suatu ke abstrakan tersebut. Mungkin saja itu pola untuk menunjukan suatu jati diri kita, atau mungkin juga suatu pola tersebut akan membawa diri kita menuju yang selama ini kita impikan.

Sesungguhnya angan angan adalah suatu cetakan dari apa sebenarnya kita ini. Tapi tidak jarang suatu angan angan itu hanyalah jalan untuk menuju suatu jurang curam yang jika kita terperosok akan sulit bahkan mustahil untuk kembali ke permukaan jika kita meyakini suatu angan angan dengan titik dan sudut pandang yang sempit.

Senin, 25 Juli 2016

Kenalin, gue WAYANG

Lakon 1


Alarm bising mulai berkicau. Over The Horizon menembus telinga gue dengan volume penuh yang gue seting dari kemarin. Bagus. Hari ini jam lima pagi tepat ga kurang dan ga lebih gue udah bisa bangun. Kenapa gue pagun sepagi buta kayak gini? Karena n karena gue punya gebetan. Dengan gue punya gebetan walau belum resmi jadi pacar otomatis gue bakaln berubah sikap menjadi yang lebih baik. Ya minimal buat ga bangun tidur di jam setengah tujuh lah buat hari senin yang super ekstra padet kaya begini.

Dengan memaksakan mata yang masih belum melek dengan sempurna tangan gue udah mengeksplorasi kasur dan disekitar gue tidur. Mencari handphone lebih tepatnya. Ga ketemu ketemu, alhasil si Over The Horizon juga kaga berhenti berhenti. Buset. Seluruh penghuni kos bisa bising nih jika terus terus bunyi kek gini. Dan gue yang bakalan jadi sasaran empuk untuk orang lain melampiaskan kemarahanya. Walaupun bakalan gue suruh marahin si Over The Horizon kenapa bikin bising segala.

Ketemu. Berada di bawah kandang kaca ular gue ternyata. “Kok bisa jatuh? Jauh dari sisi kandang padahal kemarin gue naruhnya.” Selamat buat handphone gue. Karena dengan hal kecil tersebut gue berhasil dibikin bingung.
Mengesampingkan hal tersebut seperti angin belaka gue cepet lah buka kuncinya setelah gue matiin itu alarm yang sudah tak perlu disebutkan lagi apa nama nadanya.

“Njing kalah cepet.” Menapuk muka gue yang sedikit datar.

Selamat pagi Dil. Buruan bangun gih sarapan lalu siap siap ke sekolah. Jangan lupa mandi juga. Popup Whatsapp satu satunya yang gue lihat setelah membuka kunci handphone gue. Ga ada gunanya gue bangun pagi pagi kek gini jika gue masih belom bisa buat yang pertama ngucapin selamat pagi ke gebetan gue. Oke, misi pertama buat hari ini gagal total. Harus bangun jam berapa jika jam lima doi sudah kirim chat ke gue nih.
Seting alarm hp lagi. Kali ini jam empat gue bakalan bangun buat ngebuktiin kalau gue bisa ngucapin selamat pagi ke doi. Jiwa lelaki gue menyembur keluar dengan penuh semangat dengan motivasi barusan. Belum sempat gue bales Whatsapp doi gue udah ditambahin dengan popup dari temen cewek gue.


Yang gue bisa barengan sama lo kan? Motor gue dipake si Arul kemaren malam. Dibalikin di sekolah sekalian katanya. Lo tau kan si Arul berangkat ke sekolah jam tujuh. Kadang pula telat. Ga mungkin gue barengan ama dia. Gue tungu! Titik.


Mampus semampus mampusnya gue. Temen cewek gue satu ini. Putri. Teman deket pake banget sama doi. Satu sekolahan pula. Untuk kosan mereka yang beda. Bisa kacau kalau gue nganter si Putri dan ketahuan doi. Atau kalau engga ada temen doi yang bilang gue nganter si Putri. Kalau gue milih buat bilang ga bisa nganter gue bakal mampus dimaki habis habisan sama Putri. Disini gue sebagai lelaki selalu salah terhadap perempuan.

Gue harus bikin keputusan sekarang juga. Sebagai lelaki gue ga bisa dong yang namanya diam tanpa menyelesaikan suatu urusan. Minimal gue bales iya atau engga buat si Putri. Kasihan kalau chat cuman gue baca doang. Apalagi di Whatsapp ada notifikasi, apakah pesan tersebut udah dibaca atau belum. Kepencet buka aja sih. Bentar, Gue jadi nyalahin diri gue sendiri sih. Payah banget. Oke gue bales chatnya.